Pengumuman

Untuk mendapatkan Software terbaru segera kunjungi partner di www.zillashare.blogspot.com

Statistik Page View

Page Ranking Tool
Showing posts with label Artikel Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Artikel Pendidikan. Show all posts

Teori-Teori Motivasi

Written By Unknown on 13 September 2012 | 7:53 AM

Teori-Teori Motivasi
Assalamu'alaikum wr.wb

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain : (1) teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan); (2) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi); (3) teori Clyton Alderfer (Teori ERG); (4) teori Herzberg (Teori Dua Faktor); (5) teori Keadilan; (6) Teori penetapan tujuan; (7) Teori Victor H. Vroom (teori Harapan); (8) teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku; dan (9) teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi. (disarikan dari berbagai sumber : Winardi, 2001:69-93; Sondang P. Siagian, 286-294; Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono,183-190, Fred Luthan,140-167).
1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
  • Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
  • Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
  • Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
  • Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;
  • Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
  • Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik
5. Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
  • Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
  • Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
  • Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;
  • Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri;
  • Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis;
  • Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai
Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain.
6. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. Bagan berikut ini menyajikan tentang model instruktif tentang penetapan tujuan.
7. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Di kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk memperolehnya.
8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.
Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.
9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.

Wasalamu'alaikum wr wb.

7:53 AM | 0 komentar | Read More

Masalah-Masalah pada Masa Remaja

Assalamu'alaikum wr.wb

Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting. Harold Alberty (1957) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai dengan awal masa dewasa. Conger berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa yang amat kritis yang mungkin dapat erupakan the best of time and the worst of time.





Kita menemukan berbagai tafsiran dari para ahli tentang masa remaja :
  • Freud menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari hidup seksual yang mempunyai bentuk yang definitif.Charlotte Buhler menafsirkan masa remaja sebagai masa kebutuhan isi-mengisi.Spranger memberikan tafsiran masa remaja sebagai masa pertumbuhan dengan perubahan struktur kejiwaan yang fundamental.
  • Hofmann menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa pembentukan sikap-sikap terhadap segala sesuatu yang dialami individu.
  • G. Stanley Hall menafsirkan masa remaja sebagai masa storm and drang (badai dan topan).
Para ahli umumnya sepakat bahwa rentangan masa remaja berlangsung dari usia 11-13 tahun sampai dengan 18-20 th (Abin Syamsuddin, 2003). Pada rentangan periode ini terdapat beberapa indikator perbedaan yang signifikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu, para ahli mengklasikasikan masa remaja ini ke dalam dua bagian yaitu: (1) remaja awal (11-13 th s.d. 14-15 th); dan (2) remaja akhir (14-16 th s.d.18-20 th).
Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikis, yang mungkin saja dapat menimbulkan problema atau masalah tertentu bagi si remaja. pabila tidak disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat, bahkan dapat menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal. Permasalahan yang mungkin timbul pada masa remaja diantaranya :

Problema berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.

Problema berkaitan dengan perkembangan kognitif dan bahasa.
Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual yang pesat. Namun ketika, si remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya tidak akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.

Problema berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan organ reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan khusus dengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus tindakan penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.

Problema berkaitan dengan perkembangan kepribadian, dan emosional.
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.
Selain yang telah dipaparkan di atas, tentunya masih banyak problema keremajaan lainnya. Timbulnya problema remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Agar remaja dapat terhindar dari berbagai kesulitan dan problema kiranya diperlukan kearifan dari semua pihak.

Wasalamu'alaikum wr.wb
7:46 AM | 0 komentar | Read More

Karakteristik Perilaku dan Pribadi pada Masa Remaja

 Assalamu'alaikum wr.wb

Merujuk pada tulisan Abin Samsuddin (2003), di bawah ini disajikan berbagai karakteristik perilaku dan  masa remaja, yang terbagi ke dalam bagian dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 s.d. 14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 s.d. 18-20 tahun) meliputi aspek : fisik, psikomotor, bahasa, kognitif, sosial, moralitas, keagamaan,  konatif, emosi afektif dan kepribadian.
Remaja Awal
(11-13 Th s.d.14-15 Th)
Remaja Akhir
(14-16 Th.s.d.18-20 Th)
Fisik
Laju perkembangan secara umum berlangsung pesat. Laju perkembangan secara umum kembali menurun, sangat lambat.
Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering- kali kurang seimbang. Proporsi ukuran tinggi dan berat badan lebih seimbang mendekati kekuatan orang dewasa.
Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbul bulu pada pubic region, otot mengembang pada bagian – bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis kelamin (menstruasi pada wanita dan day dreaming pada laki-laki. Siap berfungsinya organ-organ reproduktif seperti pada orang dewasa.
Psikomotor
Gerak – gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan. Gerak gerik mulai mantap.
Aktif dalam berbagai  jenis cabang permainan. Jenis  dan jumlah cabang permainan lebih selektif dan terbatas pada keterampilan yang menunjang kepada persiapan kerja.
Bahasa
Berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing. Lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu yang dipilihnya.
Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik dan estetik. Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung nilai-nilai filosofis, ethis, religius.
Perilaku Kognitif
Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferen-siasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas. Sudah mampu meng-operasikan kaidah-kaidah logika formal disertai kemampuan membuat generalisasi yang lebih bersifat konklusif dan komprehensif.
Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat. Tercapainya titik puncak kedewasaan  bahkan mungkin mapan (plateau) yang suatu saat (usia 50-60) menjadi deklinasi.
Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan kecenderungan-kecende- rungan yang lebih jelas. Kecenderungan bakat tertentu mencapai titik puncak dan kemantapannya
Perilaku Sosial
Diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan keinginan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer. Bergaul dengan jumlah teman yang lebih terbatas dan selektif dan lebih lama (teman dekat).
Adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi. Kebergantungan kepada kelompok sebaya berangsur fleksibel, kecuali dengan teman dekat pilihannya yang banyak memiliki kesamaan minat.
Moralitas
Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua. Sudah dapat memisahkan antara sistem nilai – nilai atau normatif yang universal dari para pendukungnya yang mungkin dapat ber-buat keliru atau kesalahan.
Dengan sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya. Sudah berangsur dapat menentukan dan menilai tindakannya sendiri atas norma atau sistem nilai yang dipilih dan dianutnya sesuai dengan hati nuraninya.
Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya. Mulai dapat memelihara jarak dan batas-batas kebebasan- nya mana yang harus dirundingkan dengan orang tuanya.
Perilaku Keagamaan
Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptis. Eksistensi dan sifat kemurah-an dan keadilan Tuhan mulai dipahamkan dan dihayati menurut sistem kepercayaan atau agama yang dianutnya.
Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya. Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari mulai dilakukan atas dasar kesadaran dan pertimbangan hati nuraninya sendiri secara tulus ikhlas
Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup Mulai menemukan pegangan hidup
Konatif, Emosi,  Afektif dan Kepribadian
Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri dan aktualisasi diri) mulai menunjukkan arah kecenderungannya Sudah menunjukkan arah kecenderungan tertentu yang akan mewarnai pola dasar kepribadiannya.
Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum terkendali seperti pernya-taan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti dalam yang cepat Reaksi-reaksi dan ekspresi  emosinalnya tampak mulai terkendali dan dapat menguasai dirinya.
Kecenderungan-kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba. Kecenderungan titik berat ke arah sikap nilai tertentu sudah mulai jelas seperti yang akan ditunjukkan oleh kecenderungan minat dan pilihan karier atau pendidikan lanjutannya; yang juga akan memberi warna kepada tipe kepribadiannya.
Merupakan masa kritis dalam rangka meng-hadapi krisis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psiko-sosialnya, yang akan membentuk kepribadiannnya. Kalau kondisi psikososialnya menunjang secara positif maka mulai tampak dan ditemukan identitas kepriba-diannya yang relatif definitif yang akan mewarnai hidupnya sampai masa dewasa.                                                      Wasalamu'alaikum wr.wb
7:41 AM | 0 komentar | Read More

Pendidikan Yang Bermutu

Written By Unknown on 08 August 2012 | 5:23 PM

Assalamu'alaikum wr.wb

Alhamdulullah kita masih bisa bertemu lagi, di kesempatan ini saya akan mengisi blog saya dengan artikel pendidikan yang mengambil judul Mutu Pendidikan. Pandangan dan pemahamam orang tentang mutu pendidikan sangatlah beragam, para orang tua menganggap pendidikan bermutu adalah sebagai lembaga pendidikan yang megah, gedung sekolah yang kokoh dan genting yang memerah bata, taman sekolah yang indah dan seterusnya. Para ilmuwan memandang pendidikan bermutu sebagai sekolah yang siswanya banyak menjadi pemenang dalam berbagai macam perlombaan dan olimpiade di tingkan nasional, regional, maupun internasional. Repatriat mempunyai pandaangan yang berbeda lagi, sekolah yang bermutu adalah sekolah yang memberikan mata pelajaran bahasa asing bagi anak-anaknya. Orang kaya mempunyai pandangan yang berbeda pula, pendidikan bermutu adalah pendidikan yang di peroleh dengan membayar uang sekolah yang setinggi langit untuk memperoleh berbagai paket eksrakulikuler. Berbagai predikat lembaga pendidikan sekolah telah lahir seperti sekolah favorit, sekolah unggulan, sekolah plus, dan masih banyak lagi julukan-julukan untuk sekolah yang bermutu.

Lalu bagaimanakah sosok sesungguhnya dari sekolah yang bermutu tersebut ? dalam artikel ini saya akan membahasnya jadi teruslah membaca artikel ini sampai selesai. ada beberapa kriteria dari sekolah bermutu adalah sebagai berikut....

1. Karakteristik Pendidikan
Dalam teori fungsi produksi dijelaskan bahwa peserta didik dengan berbagai latar belakangnya, seperti kemauan, pengetahuan, semangat untuk belajar, dan kesiapan untuk bersekolah. Ada berbagai macam faktor lagi latar belakang peserta didiik yang mempengaruhi mutu pendidikan yang ada di negeri ini.

2. Pengupayaan Masukan
Ada dua macam masukan yang akan mempengaruhi mutu pendidikan yang dihasilkan, yaitu sumber daya manusia dan sumber daya fisikal. Guru pendidik, kepala sekolah, pengawas dan tenaga pendidikan lain menjadi sumber daya manusia, sedangkan fasilitas-fasilitas yang digunakan disebut sebagai sumber daya fisikal.

3. Proses Belajar Mengajar
Didalam proses ini ada tiga faktor yang mempengaruhi yaitu peserta didik, pendidik, dan kurikulum. Ketiga faktor ini saling berkaitan satu sama lainnya. Tanpa peserta didik siapa yang akan di didik ? Tanpa pendidik siapa yang akan mengajarkan ? dan bila tidak ada kurikulumnya materi apa yang akan di berikan ?

Sekian dulu Artikel Pendidikan dari saya semoga dapat bermanfaat bagi anda semua dan bila anda memuliki pendapat lain tentang Mutu Pendidikan segera hubungi saya untuk menambahkan isi dari artikel ini. Terima kasih atas perhatiannya dan Salam Blogger.

Wasalammu'alaikum wr.wb
5:23 PM | 0 komentar | Read More

Dampak Positif Game di Dunia Pendidikan

Written By Unknown on 30 July 2012 | 8:27 PM

Assalamu'alaikum wr.wb


Alhamdulillah ternyata kita masih bisa bertemu lagi nih, hehehehe. ya sudah langsung saja sekarang saya akan memberikan informasi kepada para orang tua atau wali dari anak-anak mereka bahwa game tidaklah selalu berdampak negatif tetapi juga berdampak positif seperti anak yang satu ini.

Fahma Waluya Rosmansyah Adalah seorang pelajar kelas dua dari SMPN 2 Bandung menciptakan sebuah terobosan baru dalam dunia games, yaitu pembuatan games pembrantasan korupsi untuk iPad. Games yang di demonstrasikan secara resmi di gedung pembrantasan korupsi (KPK) pada tanggal 3 Februari 2012 ini di beri nama "Raid The Mice".




Didalam games ini memasang dua buah tokoh yaitu robot dan tikus. Robot adalah jagoan pembrantas korupsi, sedangkan tikus adalah para pelaku korupsi (koruptor).




Jika robot berhasil mengalahkan semua tikus-tikus itu maka robot akan mengangkat tangannya seperti pada gambar. Namun bila sang robot kalah ia akan terkapar dan dikelilingi bola-bola tenis yang berserakan disekitarnya.










Nah bagaimana,,,,? sekarang anda tidak usah kawatir akan anak-anak anda yang sedang bermain game tetapi tetap harus di awasi dan di bimbing sebaik, sebijak dan sesabar mungkin agar anak tersebut sadar bahwa game bukan hanya dapat dimainkan tetapi juga ia dapat membuat gamenya sendiri. Itulah salah satu dampak positif dari sebuah game yang dianggap mengganggu anak-anak saat ia sedang belajar tetapi malah justru dapat membangkitkan kreativitas anak tersebut.

Baiklah cukup ini dulu informasi yang dapat saya berikan, semoga dapat bermanfaat bagi para penerus-penerus bangsa. Sekian Terima Kasih.


Wasalamu'alaikum wr.wb
8:27 PM | 0 komentar | Read More

Useful Information On A Homeschool Curriculum

Written By Unknown on 21 July 2012 | 9:42 AM

Are you thinking doing home schooling for your children? You need to consider the homeschool curriculum that is offered by the school. See if it has the program and values that you want your children to have. Discover here more information home studying.

As we all know, homeschool curriculum is a non-formal approach to education. There are many private schools that offer such kind of system. The course requirement may be different from public schools, but they still offer the course necessary to meet state graduation requirements.

Parents may have been skeptic about home schooling programs but recently, their opinions toward it have improved. With its numerous advantages, the decision whether to enroll their children in private school or under home school curriculum is tougher.

Among the benefits, you should consider the following:

Secure environment for their kids because they do not have to go out. They can study and learn their lesson at home or private home schools.

The home school curriculum packages are usually offered with home school books. This is beneficial to you because they no longer have to spend time looking for the suggested books of the school.

Home education is a recognized form of education. Any certificate or diploma which a student would receive from a homeschool institution will and is accepted in the society.

You can save money from the transportation costs. A homeschool student doesn’t have to travel from their house to the school, thus, you would no longer have the transportation cost.

Other interesting subjects are offered in the package.

Pretest reviews are given to the students. With these, both you and students will know what to expect. Moreover, students would have the chance to go back to his notes and improve.

Homeschool curriculums are offered according to the school. Some may offer integrate bible study or religion, some may include culture study, and Linguistic and practical skills. All of these are offered together with other academic subjects.

According to homeschool curriculum review, the best school program is a balanced one. It should contain the most important academic subjects such as Math, Social Studies, Science, and Language. Aside from that, it should also offer subjects that could improve a person’s skills and values.

Accordingly, a Christian program usually proposes different courses from that of a private school. In a Christian school, aside from the required academic subjects, religious studies are also incorporated.

What courses are offered in a private school? In this type of school, subjects vary according to the school’s program. Some may add a little extra and some may not.

Some private schools follow a program with some religious studies. Some are purely academics. Likewise, some may offer additional skills and some may not.

Those that include religious understanding in their program believe that it is the best approach to shape someone’s values and personality. Those who do not are maybe relying on the parents or simply believe that academics and religion should not be taught together.

So which approach is the best? Though online homeschool reviews and resources choose one from the other, this decision is still entirely dependent on your judgment. Just keep in mind, balance should always be present.

Article Source:
http://www.articlecity.com/articles/education/article_2098.shtml
9:42 AM | 0 komentar | Read More

School to Japan Without Learn Japanese Language

Asia Pacific University (APU) provides scholarships for foreign students to undergo studies in of Sakura. This scholarship is awarded for a maximum of 4 years (until graduation) and no ties whatsoever. Scholarship selection process incoming and APU based on the quality of documents submitted, without the written tests or interviews. In addition, the APU uses English as an introduction to learning. So, you do not need to learn Japanese first. Interested? 

Scholarships are awarded APU includes only 124 credits over four years for freshmen (first year student), 94 credits for 3 years for second-year transfer student (second year transfer student), and 62 credits for 2 years for a third year transfer student ( third year transfer student). 

This scholarship program does not apply if the student takes additional credits, or decide to study more than 4 years. 

Well, there are several scholarship options, namely Pre-Enrollment scholarship that covers 100 percent of the scholarship program, scholarship programs 80 percent, 65 percent of the scholarship program, scholarship program by 50 percent, 30 percent scholarship, and Honor Scholarship. 

100 percent for the scholarship program, all tuition fees paid by the university, without the cost of tickets and living expenses. Similarly, 80 percent of the program, pays 80 percent of university tuition fees and so on. Meanwhile, Honor Scholarship is a scholarship granted by the Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology valued at 600,000 yen per year. Students only pay 130,000 yen entrance fee, airfare, and tuition 1200000-1375000 yen per year and the cost of living, and can be combined with other APU scholarships. 

There are also Scholarships Post-enrollment, ie internal scholarships to students who have been in Japan, achievement and meet the requirements. In addition, there are external scholarships are awarded to international students, and 19 kinds of scholarships are awarded for those who have student visas. 

For enrollment to April 2012, application deadline 30 September 2011 and the regular application deadline November 30, 2011. For enrollment September 2012, application deadline January 31, 2012, the regular application deadline March 31, 2012.
9:39 AM | 0 komentar | Read More

Ideas For School Fund Raising

With umpteen numbers of fundraising ideas available, you do need to choose the most suitable one which suits your fundraising purpose

You could even approach ex-students, members of the parent teacher association to plan and chip for the required cause. With dedicated involvement of students, the fundraising drive gains further momentum.

The most popular ones being bake sales, cookie dough sales, organizing discos and parties. You could even organize car wash drives or make young students sell chocolates in the neighbourhood. Even parents of the children could chip in with their valuable efforts by selling chocolates amongst their office colleagues and friends. Well, the entire process of a fund raiser works like a chain and once it gets accepted, the fundraising is truly set to become a grand success.

You can even plan an online fundraiser. Planning and setting up an online fundraiser is relatively economical and quick to set up. By pooling in suitable talent, you can easily set up a fund raising website and invite people to visit the website all the same.

Whichever method, you opt for a fundraiser you do need to proceed in a well planned manner. You are required to first plan and chalk out the basic plan of the fundraising campaign. You also need to set target on how many funds you need to raise. This stage includes preparing a list of potential people who would be willing to contribute for a social cause. You do need to plan out how you are going to introduce the topic and request for their contribution. The request and the formal note of thank you should be well drafted and rehearsed a couple of times by the volunteers who are going to move around for raising funds. If young children are going to be involved in the fundraising campaign, it makes sense to brief them thoroughly about the cause and how to approach potential people. You should also make it a point to brief and inform their parents about their participation in the fundraising drive. You could brief them through email or by a telephonic conversation or even meet them personally whichever is convenient to both the parties.

Fundraising and the ability to organize and manage it successfully requires proper skills and planning. In the initial stages though this may seem pretty tough but as you progress to organizing many fundraisers, they will seem quite easy and feasible to organize.

There is no dearth of ideas for school fund raising, it is simply necessary to choose the right one and implement it in the right manner to raise as many funds as possible for your purpose.

Article Source:
http://www.articlecity.com/articles/education/article_2114.shtml
9:38 AM | 0 komentar | Read More
Jangan Lupa Komentarnya ya...... hehehehe
 
Source: http://amronbadriza.blogspot.com/2012/05/cara-membuat-navigasi-nomor-halaman-di.html#ixzz26a6EkkCk